A. PERTENTANGAN SOSIAL
Pertentangan
social adalah suatu tingkah laku
yang lebih luas dari pada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya
sebagai pertentangan yang kasar atau perang. Dasar konflik berbeda-beda.
Terdapat 3 elemen dasar yang merupakan ciri-ciri dari situasi konflik yaitu :- Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau baigan-bagianyang terlibat di dalam konflik.
- Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalamkebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-gagasan
- Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut.
Pertentangan
merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang
sering dihubungkan dengannya
Faktor-Faktor
1. Faktor-faktor yang menyebabkan
timbulnya konflik yaitu:
Kekuasaan Kekuasaan adalah kemampuan untuk memenangkan kemauannya sendiri, juga kalau kemampuan itu bertentangan dengan kemauan orang lain.
Kekuasaan Kekuasaan adalah kemampuan untuk memenangkan kemauannya sendiri, juga kalau kemampuan itu bertentangan dengan kemauan orang lain.
2. Kepentingan Perbedaan-perbedaan dalam posisi
mengakibatkan kepentingan kepentingan antagonistis diantara mereka yang
bersangkutan. Pihak yangberwenang mempunyai rulling interest yang berlainan
dari pihak yang dikuasai. Hal itu pernah diungkapkan oleh Karl Marx dimana ia
menyebutkan pembagian kerja sebagai permulaan masyarakat kelas dan kesadaran
sesat(False Consciusnes).
3. Kelompok yang Antagonistis
Uraian tentang kelompok-kelompok yang antagonistis Dahrendorf membuat disfungsi
antara kelompok potensial dankelompok aktual. Kalau sejumlah mempunyai
kepentingan bersama entah kepentingan sendiri, entah disadari namun mereka
belum beroganisasi dan bersatu, mereka disebut kelompok konflik potensial.
Mereka mempunyai kemungkinan (potensi) untuk menjadi kelompok actual.
Macam-macam
pertentangan/konflik
Menurut Dahrendorf,
konflik dibedakan menjadi 4 macam:
- Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
- Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
- Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
- Koonflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
- Konflik antar atau tidak antar agama
- Konflik antar politik.
Akibat
pertentangan konflik
Hasil
dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :
- meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
- keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
- perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
- kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
- dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Para
pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat
menghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi;
pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan
pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut:
- Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
- Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk “memenangkan” konflik.
- Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang memberikan “kemenangan” konflik bagi pihak tersebut.
- Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari konflik.
Pencapaian
tujuan dihubungkan dengan sistem kepribadian dalam arti bahwa tujuan
sistem-sistem sosial mencerminkan titik temu dari tujuan-tujuan individu dan
memberikan mereka arah sesuai dengan orientasi nilai bersama. Hubungan
antara pencapaian tujuan dengan sistem kepribadian ini mencerminkan perspektif
Parsons bahwa tindakan selalu diarahkan pada tujuannya.
Perlu
dicari beberapa bentuk akomodatif yang dapat mengurangi konflik sebagai akibat
dari prasangka, yaitu melalui empat sistem, diantaranya ialah :
1. Sistem budaya seperti nilai-nilai
Pancasila dan UUD 1945.
2. Sistem sosial seperti kolektiva-kolektiva
sosial dalam segala bidang.
3. Sistem kepribadian yang terwujud
sebagai pola-pola penglihatan (persepsi), perasaan (cathexis),
pola-pola penilaian yang dianggap pola-pola keindonesiaan,
4. Sistem Organik jasmaniah, di mana
nasionalime tidak didasarkan atas persamaan ras. Untuk mengurangi prasangka,
5. Sistem itu harus dibina, dikembangkan
dan memperkuatnya sehingga perwujudan nasionalisme Indonesia dapat tercapai.
Definisi Intergrasi
social
Intergrasi social yaitu Pengendalian terhadap konflik dan
penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu Membuat suatu
keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.
Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak
bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik
maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya. Menurut
pandangan para penganut fungsionalisme struktur sistem sosial senantiasa
terintegrasi di atas dua landasan berikut.
1.
Suatu
masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan) di
antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan
yang bersifat fundamental (mendasar).
2.
Masyarakat
terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari
berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang
terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera
dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities)
Sumber:
Ø Ahmadi,abu.2013.ilmu social
dasar.jakarta:rineka cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar